Kapitalisme Versi Seorang Cafeist
Kembali aku nangkring di pojok Warkop Apakabar, masuk dan duduk dekat lemari berisi kue kue tradisional. Seperti
biasa, warkop ini ribut dengan diskusi agama dan politik, titik!
Di sebuah meja di ujung sebelah kanan dekat pintu masuk, sekumpulan peminum kopi kembali asyik ngobrol tentang beberapa
*Ancient Terms* Yakni:... Sosialismeh... Kapitalismeh...
Aku nyengir persis kuda liat kobra, sambil menarik sebatang Ronhill Mild dan menyulut... Menghirup kopi pahitku sebentar...
Terkenang sebuah pemandangan di kampung halaman, seorang anak kecil...Kumuh!...Dekil!... Menggendong bayi di tengah jalanan
disengat terik ditampar hujan, persis di depan sebuah Masjid bernilai Milyaran Rupiah... Jalan Masjid Raya, Makassar.... Indonesia(L)
!
Ada seorang... Hanya seorang berbisik... cara untuk hemat BBM...Save the Energy!, kulihat tak ada yang komentari... Semua
pada sibuk... agama...politik...isme-isme!
Aku menghirup kopi lagi... Dan mengambil catatan kumuh di kantongku... Sejenak aku menatap kantongku itu yang -seperti
semua manusia di bumi- lubangnya menghadap keatas... Yah! LUBANG KANTUNG! Sebuah fitrah duniawi yang satu satunya yang bisa
saya persalahkan atas ketimpangan ketimpangan yang ada... Termasuk pemandangan di depan Masjid Mewah itu...
Dengan kesendirian, aku lalu mengambil kesimpulan... Persetan dengan semua teori... Di Negriku, di kampungku... KAPITALISME
ADALAH SEBUAH BUDAYA!... Apapun *Software* dan *Hardware* nya... Who is to blame? All of us? Our parents? Our Poli-TIKUS?
Lalu dengan terbangunnya *jembatan* itu (Budaya Kapitalisme) ... Ada sekelompok orang yang seperti baru bangun dari mimpi
buruk berteriak lantang... Hentikan Neo Liberalisme! Justru SETELAH *jembatan* itu sudah selesai? Ibarat sebuah kereta yang
siap luncur dengan rel berkilau yang telah siap... Well... *Jembatan* itu mulai KITA -secara berjamaah-
bangun sendiri sejak ratusan tahun lalu! Sejak ada yang namanya pedagang... Sejak orang pintar membuat cerek, membangun
Candi! Masjid!... Pasar!
On the name of tribes, Hinduism, Islamism, collonialism, dan isme isme-lainnya...
Wahai ekonomku, kemana dikau selama ini? Apa cuma KKG saja yang menjalankan prinsip *profesi plus prophecy?* Kemana budayawan-sosiolog kita
selama ini?
Sambil memegang kertas kumal itu, dan mendengarkan *dongeng akademistik* tentang Kapitalismeh... Sosialismeh... Di meja
seblah, aku bertanya dalam hati... Mengapa sedemikian lengkap ilmu pengetahuan manusia, tetapi semuanya selalu berubah dan
berputar putar saja?... Akh! Manusialah yang berUBAH... Manusialah yang berPUTAR, atas nama ke*pintaran*nya sendiri!
Aku mengintip kertas bulukan itu... Sebuah *humor* yang -katanya- tidak layak untuk diterbitkan di manapun di negriku
sendiri... Kuhabiskan kopiku, kubunuh rokokku... Samar samar, di meja itu masih terdengar mereka bicara menyoal
*Ancient Terms* itu lagi... Bla..Bla..Bla..
Kulirik arloji pemberian kekasihku dulu... Ada janjian nih! ...
Akupun lalu keluar meninggalkan warkop itu... (Udah bayar, belum sih?...)
Glk! ... Aakh! Ternyata di luar Warkop, orang pada sibuk ngantre minyak...Oops?..
Good Luck my Indonesia...
SeksPeare