GLOBALISASI: MENURUT SEORANG "CAFEIST"
Perlu digaris bawahi, bahwa menurut asaz 'Kopitalisme'
dimana 'interpretasi' 'etika' 'hukum' (berikut teori teori) berawal dari fase
'fenomena' (Alam, lingkungan, sosial-kemasyarakatan).
Penebalan
kata kata di
bawah (arus
informasi, ide, aktivitas, manusia
antarnegara)
Adalah sengaja
saya
maksudkan
untuk
mempertegas
aspek
'socio-kultural'
dari
proses
'globalisasi'
jadi
bisa
dicermati
bahwa
'globalisasi'
memiliki aspek
atau dimensi diluar sekedar
berbicara tentang
'kapital'
Akan lebih
saya uraikan dalam 'Where is the last destination?' (KOPITALISASI IV) Bisa juga dibaca melalui
situs http://glassnet.cjb.net pada link 'About Glassnet'. (English version)
Berdasarkan 'Globalisasi'
versi Bank
Dunia:
1. Globalisasi
adalah proses integrasi ekonomi
dan
masyarakat
melalui
arus
informasi,
ide,
aktivitas,
teknologi,
barang,
jasa,
modal,
dan
manusia
antarnegara
(Stern,
2000).
'Globalisasi' berdasarkan versi seorang 'Cafeists':
2. "Globalization is About the People" Based
on activities and creativities. (Amannagappa,
Platform of Glassnet, Ditsospol Sulsel, Oktober 1999)
Kata 'ativitas' dan 'kreatifitas' sengaja dipertebal untuk mempertegas
bahwa premis (GAP) bukanlah dibuat demi membangun teori-teori 'sosiologis statis' semata (isme-isme). 'GAP' akan tertulis berdasarkan pengamatan langsung atas berbagai aktifitas dan kreatifitas
team di lapangan, dalam dan luar negri. Demi mencoba untuk menggali pemahaman
yang lebih 'membumi' bagaimana alternatif alternatif penanganan proses 'globalisasi'
yang fleksibel, reliable, socio-natural-kultural friendly, murah, efisien, relatively 'safe' pada level 'people to people'
yang begitu dinamis itu. (underconstruction:
wikipedia by Glassnet, dulunya nangkring di situs 'logicjungle') … Memang
penulisan GAP –meskipun terseok-seok- 'proses'nya telah dan harus bertahun tahun… Bukan
tulisan kagetan karena 'jenggot terbakar', gitu lho… :)
Good news is that current parts of the process,
sebagian besarnya tertulis disebuah negri cantik nan indah … At the 'center of the people 2005'.
Lalu bandingkan dengan statement berikut:
'Globalisasi' berdasarkan 'profesi' (?)
MEMBANGUN THE POWER OF LOCALITY DAN SISTEM EKONOMI PANCASILA [1]
Oleh: Poppy Ismalina, SE, M.Ec.Dev. -- Pengajar FE-UGM Yogyakarta, Pengelola MM UGM, dan Sekretaris
Pusat Studi Ekonomi Pancasila UGM, : 5 Juli 2005.
3. Penyebutan “Globalisasi Kapitalisme” hanya untuk menegaskan bahwa proses globalisasi
yang terjadi sekarang ini terintegrasi dengan sistem ekonomi dunia yang sedang berlaku, yaitu sistem ekonomi kapitalisme.
Dengan demikian, sebenarnya, membaca kata ”globalisasi”, kita sudah
harus menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah globalisasi kapitalisme. Oleh karena itu, untuk selanjutnya, tulisan ini
hanya menyebut globalisasi.
Kopitalisme:
Perhatikan kata 'harus' yang sengaja saya pertebal. Seandainya tidak ada kata 'harus' maka 'interpretasi' *ini
sah-sah aja*. Mengingat asaz 'Kopitalisme' bahwa pada fase 'interpretasi' terdapat unsur 'kepentingan, profesi, pendidikan dll. '. Perspektif ini lahir dari pendidikan seorang 'SE, M. Ec.Dev.' Berprofesi dosen. Sederhananya adalah bahwa dengan demikian, interpretasi ini 'terbatasi' oleh sekat sekat
–setidaknya- oleh profesi, pendidikan diatas, atau bahkan interpretasi yang terikat 'simbol simbol institusional-pendidikan'
(KOPITALISME II-A) .
Sehingga menurutnya bahwa segala sesuatu tentang Globalisasi adalah 'Is About the Capital'... (Modal... Lho, yang lain dimana?) Dari premis itu, artikel meluncur dengan "indah" nya, berbicara tentang
"power of lokaliti"...
Nah, dari ketiga 'mantra' diatas, mana yang baku dapa... Dan mana yang jumpalitan?....
'Menolak' trend globalisasi tetapi menggunakan 'internet'? (arus informasi)... Glkk... Glk... Minum kopi banyak banyak
akh... he..he..he..
Salam Kopitalisasi...
SeksPeare
http://sekspeare.tk
Ps:
Ditulis di Cafe 'VIP' sambil membaca balasan dari pusat organisasi 'Common
Creative' (ke naracipta_nusantara@yahoo.com ) Bahwa mereka BERSEDIA agar situs mereka tersebut (29 negara)
juga memiliki aktifitas serta punya versi bahasa Indonesia. Sebuah kerangkeng 'global digital divide' terhadap aspek seni,
kreatifitas, networking akan perlahan tapi pasti akan terbuka... Have fun! Bagian dari awal " Naracipta Nusantara, symbol
of creativity movements in Indonesia"