Enter content here

Kopitalisme

Das KOPIkenTAL: Bola Salju
Home | The Author | Kumaniora | Hole Spirit | KutuKata | Etalase | Das KOPIkenTal | Kitab al-Capuccino | Tafsir al-Gitar | Perpuskataan | F.U.C.K | Buku Tamu | Kopitalisme Toolbar | Partners | Sponsor | Cafeist Prophecies | Hukum Hukum Kopitalisme | PatanYali Factor | Forum Diskusi

Das KOPIkenTAL & Bola Salju

 

Quotations:

Memang pada kenyataannya bahwa 'frame' berfikir manusia Indonesia sangat mudah di terka, dan akhirnya sangat gampang di kotakkan. Malah disesuaikan dengan lampu lalu lintas: Merah-

Kuning-Ijoh! Justru inilah tantangan bagi para SOSIOLOG dan BUDAYAWAN untuk melahirkan manusia Nusantara yang cakap dan cekatan dalam mendesain hari depannya sendiri.

( I. Amannagappa, "Hukum Hukum Kopitalisme", 12 Juli 2005. )

 

Dapat kami amati, bahwa semakin banyak pihak yang mengakui eksistensi pengkotak kotakan fikiran manusia melalui "isme – isme" sebagai hal yang dapat dikatakan sebagai 'kontra produktif' terhadap nilai dan faham kemanusiaan, sejak "Hukum Hukum Kopitalisme" dipaparkan pada tahun 2005 lalu di milis milis.

 

Pemaparan tersebut bukannya secara 'kagetan' tanpa persiapan sama sekali, sebab "Kopitalisme" secara non-institusional telah melalui proyeksi dan observasi selama sekurangnya enam tahun sejak 1998 di Makassar, Sulsel, Indonesia**

 

Stigma sosiologis-politis yang begitu kental bermain ditengah masyarakat kita, menjadikan rakyat hanyalah tak lebih sebagai "komoditi politik" belaka, hal mana rakyat dan masyarakat sedemikian mudah untuk dimasukkan kedalam polarisasi ideologis-politis.  Hal yang nampaknya alpha dicermati justru oleh kaum Sosiolog dan  Budayawan kita. Apakah karena memang tidak ada lagi ilmuwan sosial yang kapabel untuk itu?***

 

Untuk itulah, melalui "Das KopikenTal" ini akan terkumpul beberapa kutipan kutipan dimana kami analgogi-kan sebagai sekumpulan 'bola salju' kecil yang akan dilempar kiri kanan, dengan target: Sosiolog & Budayawan.

 

Dan untuk itu, kepada para sosiolog dan budayawan yang tergabung dalam berbagai milis, sudilah kiranya membagi keahlian dan ke-maha akademistik-an anda semua dalam menjawab APA "FOLLOW UP" dari kutipan sebagai berikut: 

 

Kutipan 01:

" Bahwa ada variabel universal yang hilang dari segala konsep, teori, rumusan ilmu pengetahuan sehingga pengembangannya secara empiris seterusnya akan tetap dapat diterjemahkan ke arah kesuraman, termasuk ilmu ekonomi. Pertanyaannya  adalah...bagaimana seorang non-sarjana harus menuliskannya dalam kajian ilmiah untuk di"baptis" sebagai temuan baru atau sebuah kesalahan pemikiran yang fatalistik?"

(Bumi Satria Pandawa, "Sinergi Sempurna"  Jumat, 10 Maret 2006)

 

Kutipan 02:

" Justru inilah tantangan bagi para SOSIOLOG dan BUDAYAWAN untuk melahirkan manusia Nusantara yang cakap dan cekatan dalam mendesain hari depannya sendiri."

( I. Amannagappa, "Hukum Hukum Kopitalisme", 12 Juli 2005. )

 

Kutipan 03:

Pengkotakkan cara pikir manusia itu yg tidak tepat untuk membicarakan hal2 spt pemahaman science terakhir maupun spiritualitas. Kata2 memenjarakan kita (ini diucapkan orang bijak sudah ribuan tahun yl).

( B@b, "Spiritualis Rasional"  Jumat, 14 Juli 2006. )

 

Kutipan 04:

Secara umum, sumber konflik adalah keberadaan kotak2 dan batas2 yg
memisahkan satu kelompok manusia dg kelompok manusia lain atas dasar
agama, ras, suku, bangsa, negara, dsb.

( Loekyh, "Imagine, there is no Religion" Sabtu, 15 Juli 2006. )

 

 

    * Baca Mr. Flinstone & Komentator Sepak Bola

  ** Overview

*** Ilmuwan Sosial Tidak Terlahirkan Lagi? Oleh: P Bambang Wisudo dan Indira Permanasari (Kompas, 03 Mei 2006)

 

Para pembaca juga dapat memberi kutipannya masing masing, melalui milis milis sbb: Etalase Indonesia, Apakabar, Zamanku, Cikeas, R-Mania, Forum Pembaca Kompas, Mediacare. 

Enter content here

Enter content here

Enter supporting content here

One of the most universal -morning- ritual is to drink coffee:)