Bagaimana mengelola 'globalisasi' agar tidak menjadi "gombalisasi"? Disini saya mengajukan ada 5 "sila"
yang saya namakan "5 Sila bagi Indonesia mengelola Globalisasi", sebagai berikut:
1. Menciptakan banyak sekali PoliTikus.
Pada point satu ini sudah nampak sesuai dengan kenyataan di lapangan dalam Republik Cartoon of Indonesia(L).
Tidak terhitung jumlah PoliTikus yang dengan mentereng memamerkan gelar gelar kesarjanaan hasil produk dari INDUSTRI PENDIDIKAN.
Terlihat juga bagaimana sosiolog ikut menganalisa secara dalam tentang warna warni parpol sebagai sarana mengkotak kotakkan
manusia Indonesia(L) pada setiap acara deklarasi parpol baru. Tentu demi terciptanya banyak banyak komunitas PoliTikus dimasa
datang.
2. Menciptakan banyak orang "pintar" untuk Talk... Talk... Talk: Intellectual Exercise.
Agar kumpulan kertas kertas hasil seminar bisa disusun menuju ke bulan.
Point ini juga sudah sesuai dengan jalur yang ada dilapangan. Jumlah kertas hasil seminar sesungguhnya bisa
mencapai jarak lebih jauh dari bulan sekiranya disusun menjadi tangga, dengan pasti kita juga akan menjadi sebuah
bangsa yang berhasil menjelajah ruang angkasa, dengan tumpukan kertas hasil seminar tersebut. Juga untuk memperkuat posisi
PoliTikus, dengan tujuan dari semua ini adalah semakin banyaknya orang bodoh dan miskin di negri kita. Orang bodoh dan
miskin diperlukan bagi bangsa Indonesia(L) untuk mengelola dan menguasai globalisasi...
3. Melahirkan banyak anak!
Agar kelak anak anak ini jika putus sekolah bisa dijadikan pasukan untuk mengincar negara tetangga.
Nah, ini juga sudah klop dengan kepadatan penduduk kita! Tidak seperti bagaimana China mengelola kepadatan
penduduknya... Kita punya cara tersendiri: Akan menciptakan semakin banyak ORANG BODOH dan ORANG MISKIN... Jadi
dengan banyaknya orang miskin dan orang bodoh, gampang pula dijadikan sebagai alasan untuk demo, bagi mereka yang berminat
menambah jumlah komunitas PoliTikus. Sehingga nantinya semakin banyak pula orang yang kecewa dan marah lalu menjadi beringas...
Kedepan mereka yang beringas ini akan digunakan untuk -tidak hanya- mencaplok negara tetangga. tetapi melakukan
gerakan invasi baik itu serangan langsung maupun juga dengan gerakan 'bawah tanah-dalam dapur-atas ranjang' yang pada
saat ini harus 'pura pura' jadi babu di Arab Saudi. Pada fase, ini para 'budayawan' serta insan 'pers' bangsa akan "diduduk
maniskan" dalam sebuah upacara perkawinan semacam "konferensi nasional" guna menyusun agenda seragam. Gunanya membuat masyarakat
untuk merasa bangga menjadi seorang 'babu'... Akan dikenal dengan "The Babu Patriotism".
============================================
Kumpulan artikel maupun tulisan yang mendukung program pembiakan orang miskin dan orang bodoh, adalah sebagai
berikut:
4. Dipihak lain, segolongan pemuda akan terus menerus melakukan demonstrasi!
Guna menjadikan orang orang kere sebagai "komoditi politik" dan pada akhirnya pentolan demonstran tadi
menjadi PoliTikus yang akan mengeksport sendiri "komoditi" itu ke Arab Saudi sebagai babu...
Point 4 ini ada kaitan erat dengan point ke 3 diatas. Sekaligus tentunya sebagai upaya peningkatan aktifitas
perdagangan 'non migas' antar bangsa. Demikianlah mengapa rakyat kecil akan terus dimiskinkan, agar nantinya di 'eksport'
ke Arab Saudi. Selanjutnya nanti berkembang biak dan melakukan gebrakan Revolusi Babuisme Internasional. Akan lebih afdhol
jika diiringi dengan slogan seperti "The Babus Dream" atau "The Global Liberation Front of Babus" dll... Untuk menguasai serta
menyusun peradaban babu global.
Slogan ataupun organisasi jangan menggunakan bahasa Indonesia, nanti orang menyangka hanyalah "sanggar seni
memasak". Jangan pula menggunakan Bahasa Arab, nanti belum apa apa sudah diciduk dikira organisasi teroris... Gunakanlah Bahasa
Inggris biar mendunia bok! Kecuali pesan rahasia, gunakanlah dialek lokal-tradisional bangsa kita yang jumlahnya lebih
dari 400 buah itu... Pasti pihak lawan kagak ngarti!
5. Mengekspose ABG dan JANDA kembang agar menjadi "entertainment"!
Ini memang telah sangat sangat sesuai dengan pendekatan "religio-cultural" diera "Arabisasi" dan "Syariahisasi"
yang sedang berlangsung belakangan ini...
Tahap kelima ini penting. Karena akan mempermudah point ke 4 mencapai target. Semakin banyak 'Habib Bahlul"
ke Puncak, semakin kosong negara asal mereka. Sehingga suatu saat, komunitas revolusioner babu babu kita akan dengan mudah
melakukan Revolusi Babuisme mereka nantinya.
Dan pada akhirnya yang menjadi saudagar serta mengontrol lalu lintas dagang minyak adalah para babu babu
asal dari negri kita: Indonesia(L) Horreeee... Yapa Yapa Dooooo!
Inga'... Inga'... Inga'.... Kunci kesuksesan dalam gerakan penguasaan dunia peradaban babu global adalah
dengan menguasai 'majikan" -"tukang masak" -"kompor" dan "sumber minyak" sekaligus.
Demikianlah, ikhwanul cafein yang terhormat, kita memang bangsa yang tau bagaimana mengelola globalisasi...
ha..ha..ha..
May FUN be with you...
SeksPeare