Thread: Yok Opo Enake Rek…
Sumber Inspirasi (4): Yok opo enake rek !
(Yok opo enake rek! = Gimana enaknya, teman!)
Melalui cerita salah seorang anggota milis ini (Sekspeare) yg terkenal
nyentrik tapi penuh kedalaman realistis, kita sudah
melihat bagaimana dia bersama rekan-rekannya mengusahakan agar Makassar (Ujung Pandang)
menggeliat utk menata daerahnya. Sepertinya Makassar
mencoba bangkit melalui turisme dan memberdayakan kebhinekaan dan persatuan.
Moga-moga usaha
Sekspeare dan teman-2nya berhasil. Di tengah hiruk pikuk soal agama
dan politik yg membosankan di Jakarta,
Surabaya tampil beda, begitupun kota-kota lainnya spt Kebumen
misalnya. Yah tanpa diketahui masyarakat banyak Kebumen berhasil masuk dalam seleksi akhir kejuaraan tingkat dunia yg diselenggarakan oleh Swedia dlm memasyarakatkan internet utk pembangunan. Padahal pengikut kejuaraan
internet for development itu ribuan jumlahnya dari ratusan negara.
Jangan mudah terkecoh oleh Jakarta
(walau paling besar dan pusat denyut bangsa) yg sebenarnya cuma satu saja dari ribuan kota
di Indonesia.
Apalagi akhir-akhir ini cuma menyorongkan sajian2
jorok dari akrobat politik dan agama yang ma'af sungguh memuakkan kalau tidak
boleh dibilang menjijikkan. Primordial, primitif, digraced.
Arek-arek Suroboyo seolah menggemakan kembali prinsip
"Yok opo enake rek" (Gimana
enaknya, teman), yg dulu pernah menjadi prinsip berkomunikasi
mantan walikota yg menjabat. Masalah-masalah politik, masalah yg terjadi di kota Surabaya dipecahkan dengan
prinsip itu. "Ngomongo, yok opo enake" (Bicara aja
gimana enaknya). Mungkin kesan ini
terlalu lebihan. Namun ternyata weladalah...di ilmu
teori tentang Good Governance
ternyata... prinsip 'yok opo enake rek' ini masuk
dalam cluster "Voices and Transparency" dan
"people participation" selain Competitiveness dan
Effective Intitutions and Regulations yang juga penting sekali tentu saja.
By: Tiwul, Apakabar, 1 Mei 2006.